Monday, February 20, 2012

Problematika abad 20

Blackberry Messanger.
Satu fasilitas baru yang super helping people berkomunikasi di era mode masa kini.
Kerjaan, tugas, informasi semua dikerjakan dengan baik atas nama dunia maya.
Anehnya. Lambat laun, gue mulai bosan. Dunia maya memang gue akui membawa banyak sisi positif. Tapi sisi negatifnya juga tidak sedikit.


Dunia maya membentuk pribadi seseorang.
Dunia maya merubah pribadi seseorang.
Dengan chatting apapun bisa dicapai. Minta tolong ini itu ke pembantu contohnya, gak perlu repot-repot napakin kaki. 


Nyatain cinta, modus-modus lewat bbm ayuk aja.
Sok jagoan di twitter bacot sana sini semakin menginfeksi abg labil.
Yang akhirnya menimbulkan perkara baru;
Cowok tidak lagi banyak yang Gentle. Semua aktivitas dilakukan lewat chatting.
Bahkan yang bikin otak gue mulai kebalik keheranan adalah, jaman sekarang, ada aja orang yang jadian tapi belum pernah bertemu sebelumnya dan hanya berkomunikasi melalui-apalagi kalo bukan;
bbm.
Strike.


Awalnya gue menikmati jalanya perkembangan teknologi di dunia, tapi lama kelamaan, gue ngerasa kurang memiliki momen-momen indah yang seharusnya dilakukan secara langsung. Bukan hanya chatting atau twitter.
Alesan gue ya klasik; bosen, man. Cuma itu.
Sekarang orang normal dan autis tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Karena sekarang, seorang normal bisa mirip bahkan persis seorang autis. 


Pemandangan yang cukup bikin mau nonjok adalah dimana lo sedang asik hangout bareng temen2 lo dan yang lo liat dalam jarak waktu luang beberapa menit mereka semua menggenggam benda kecil-yang tapi pengaruhnya lebih dari besar- bernamakan; blackberry.
Semua sibuk mencet-mencet keypad, mandangin layar ponsel atau ngescroll trackball sekedar buka-buka recent updates. 
Haruskah dilakukan itu? Harus banget kah ngecekin recent updates setiap menit? Seperti gak ada hal yang lebih berharga aja.


Gue akuin ngecekin recent updates memang sebenernya seru apalagi ngebantu banget kalo lagi nervous. tapi kondisi yang lagi gue singgung kali ini bukan hanya perkara hangout ke sekadar mall atau cafe. Gimana kalo berlibur ke puncak? Anyer? Atau bali? Atau tempat-tempat yang jarang dikunjungi, yang seharusnya kita bisa nikmatin alam dan udara segar di bandingkan ngecekin recent updates setiap menit.


Kadang gue mengharapkan segala hidup gue masih polos, naif, dan sederhana seperti apa yang ada di buku ataupun film. Mereka bertindak direct, bukan cuma lewat chatting atau smsan. 


Well, hal yang tadinya ingin gue bahas sebenarnya tidak sampai ke tahap barusan.
Tapi apa daya kebetulan lidah tidak bertulang, otak tidak berujung dan jari-jari gue belum kesemutan. Selama kondisi gue masih normal dan sehat, selama itu juga gue akan tetap menulis.
Beberapa yang gue sampaikan diatas hanya sekelumit dari pengalaman-pengalaman semata pribadi gue. 
Intinya.
Gue jenuh dengan aktivitas dunia maya. Mau menjauhkanya pun, gue rasa sulit. Tuntutan keadaan. Gue ga mau gambling juga.


Kalo mau ngomong sama gue ya temuin gue langsung, datengin gue. Jangan cuman bisa omong dan hilang diujung lidah.
Karena sejujurnya, gue mengharapkan tindakan lebih dr sekedar kata.

No comments:

Post a Comment