buku ini gue baca ketika gue sedang absen masuk sekolah karena sakit. Sebenernya gue beli udah rada lama namun mood membaca tak kunjung datang. gue beli gara-gara si Laras promo Tere-Liye. sekali baca, malah ga bisa berenti samsek. buku ini ngabisin waktu dari jam 7 sampai jam 5 sore. cukup lama juga ya.
Alkisah seorang pria bujang bernama Thomas; karakter utama dari si buku ini. Seorang yang hidup dan bangkit atas nama masa lalu. Gimana ya, gue nggak ada kata yang pas buat mengutarakan novel ini. Isinya 100% mutu, dan ada actionnya. Novel Tere-Liye kali ini bukan sembarang novel biasa. Isinya berkutat dgn Ekonomi dunia dan Realita politik di Indonesia. Serta bagaimana ironisme yang hadir di Indonesia mengatasinya. Ditambah plotnya yang menarik saat jadi buronan dan dikejar polisi terus dimana-mana &trik-triknya yang oke. Four thumbs up deh dari gue pokoknya, nyampe jempol kaki juga tuh.
Kayaknya sih si Tere-Liye agak nyinggung kasus Bank Century beberapa waktu silam sama trouble2 yang ada sangkut pautnya sama Amrik, tp gue kurang ngerti juga. Yang jelas, banyak nyindir secara halus tentang busuk dalamnya regulasi dan korelasi bangsa kita ini. Gue aja yang awalnya awam banget jadi mulai ngerti "Oh ternyata kayak gini" "Oh ternyata kayak gitu". Mengungkap apa yang publik jarang tau kalo mereka nggak hidup jd petinggi-petinggi negara. Gaya hidup pejabat juga dijelasin disini. Kayak salah satu kutipan yang gue setuju banget;
"Penuh semangat bicara tentang regulasi, tata kelola yang baik, tapi mereka sendiri tidak mau diatur dan dikendalikan." "Sepakat tentang penyelamatan bantuan global, tetapi mereka sibuk mengais keuntungan ditengah situasi kacau balau."
Yang bikin seru kadang ada juga beberapa plot cerita yang bikin ngakak, juga emosionalitas Thomas sebagai pemuda yang masih rasional (walaupun berlebihan) tp semuanya ttp aja dikemas dgn indah. Jadi jeleknya novel ini nggak keliatan, karena pembaca terlanjur terkagum-kagum dgn gaya bahasa serta riset dan wawasan yang disampaikan buku ini. Makna nya jg dapet bgt karena bs terealisasikan dengan baik.
So, buat yang ngaku suka politik & suka baca buku, recommended banget buat dibaca!
Tulisan di belakang buku nya gini nih;
Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.
Kalo ada cowo yang pengen bgt gue temuin, ngga lain ngga bukan adalah; Nicholas Saputra. Jujur aja gue termasuk orang telat. Dulu gue ngga pernah nonton satupun filmnya Nicsap kecuali AADC, dan gue masih ngga nangkep kalo ternyata aktualisasinya dia se-hot itu.
I wasnt the huge fans of Nicsap, justru gue terpana duluan sama sosok Soe Hok Gie. Yang ternyata ketika gue ngebrowse segala tentang Hok Gie, gue nemuin film which is dedicated to Gie dan sbg penghargaan sosok seorang demonstran kontroversial. Setelah gue ngubek segala tentang Gie sampai ngebaca bukunya yang isinya sulit dipahami (bahasanya sgt sastra for real), gue mulai melihat teasernya di youtube. Disitulah gue menemukan kembali permata yang hilang, eaeo. Gie diperanin oleh aktor berbakat hasil cetakan Rangga, Nicholas Saputra.
Gue langsung mencari filmnya mulai dr dvd bajakan itc yang ternyata ngga ada, sampai ke movie online ngga nemu-nemu. gue udah terlanjur ke hipnotis mampus ngeliat Nicsap di film Gie, terlebih dia menjadi gambaran asli sosok yang gue kagumi. Jadinya, gue mulai lagi menonton ulang hasil yang di bintangi Nicsap. So, here we go!
AADC, siapa yang ngga tau Ada Apa Dengan Cinta?(2002). Film drama remaja yang sempat booming parah di tahun 2002. Dian Sastro waktu jamanya tuh badai banget. Lagi-lagi karya garapan Rudi Soedjarwo ini berhasil mencetak bintang-bintang papan atas yang sampai skg pamornya ngga turun di mata khalayak banyak. Film ini juga masuk nominasi-nominasi dan festival film dunia. Sejak itulah, kualitas perfilman Indonesia mulai naik dan menginspirasi banyak sutradara untuk memproduksi film yang berbobot.
Film kedua yang gue tonton agak ekstrim, karena gue baru tau pas ngecek di wikipedia kalo film ini di kreditasikan 18+ apalagi setelah tau lulus sensor nya setelah dipotong 8 adegan dari LSF. Tapi tenang aja, gue nonton film ini dari youtube dan adegan tandakutipnya ikutan dipotong sama yang ngeupload. Sebenernya hilang satu scene aja bikin bingung kalo nggak baca sinopsisnya, tapi gue gamau gambling dosa.
Film ini datang dari produser ternama yang sukses merilis Petualangan Sherina yaitu Riri Riza; 3 Hari Untuk Selamanya (2007). Film yang berkonsep road-movie ini berkisah tentang dua orang sepupu; Yusuf dan Ambar yang sedang melakukan perjalanan menuju Jogjakarta. Namun perjalanan yang seharusnya cukup dalam 1 hari menjadi 3 hari karena banyaknya konflik dan tempat yang ingin mereka kunjungi sebelumnya. Film ini punya pesan moral yang bagus serta dialognya sangat jujur terhadap modernisasi remaja, banyak menyindir soal kehidupan dan bicara tentang agama hingga nafsu.
Yusuf dan Ambar
Dan film ketiga!!! Film dimana dia paling ganteng diantara film-film yang dia peranin.
Kalau Mira Lesmana dan Riri Reza bisa komentar berlembar-lembar soal Gie (2005) dalam buku Catatan Seorang Demonstran, kayaknya gue nggak segitunya. Walaupun didalam movie ini gue agak bingung dengan hadirnya tokoh Ira dan Sinta yang mungkin maksudnya menggambarkan Rina dan Maria. Tapi overall, gue-suka-banget. Terlebih in these movie, Nic sgtlah handsome. Pengen gue bawa pulang, gue jait, dan gue jadiin guling.
Gie, yang memang sejak kecil suka membaca.
Gie dan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) saat berdemo atas rezim partai di masa Orde Baru.
Gie (Nicholas Saputra) dan sahabatnya Herman O. Lantang sbg ketua Senad saat menjadi aktivis.
Gie di Puncak Pangrango
Gie sering mematung dan menulis buku harianya di lembah kasih, Mandalawangi.
Anyway, pamer dikit, gue sudah pernah ke tempat favorit Gie, dimana abu jenazah Gie ditaburkan yaitu di Mandalawangi. Dan setelah gue nonton filmnya yang dibuat di tahun 2005, ternyata sampai skg gaada yang berubah. Track dari puncak Pangrango menuju Mandalawangi masih sama, berupa spt parit kecil yang dilebati Edelweiss.
Dan, film yang baru hari ini gue tontonadalah; Janji Joni (2005). Joko Anwar selalu punya sesuatu yang baru dan berbeda. Selalu ada kejutan didalamnya. Film ini termasuk kategori film ringan, tapi mengupas tentang kehidupan yang selama ini gue nggak tau kalo ada profesi yang namanya Pengantar Roll Film. Mungkin kalo ngga nonton ini gue ngga akan tau perkembangan film dari dulu sampe skg kayak apa. Dan banyak scene yang bikin ketawa. Gue paling suka satu scene dimana Nic as Joni lagi bareng sama tokoh Toni dan Voni. Yang beloman nonton, nonton gih!
Seperti biasa, kebiasaan gue di hari minggu adalah...*drumroll*, Mantengin youtube. Nonton segala perfilman Indonesia yang belum gue tonton. Film yang berkualitas tentunya.
Dirilis sebuah film berjudul "Lima Elang" 25 Agustus 2011. Sekitar setahun lalu ya kurang lebih. Film ini gue temuin ketika gue lagi ngesurf youtube dan browsing di mbah gugel. Tiba-tiba gue menemukan judul yang sebetulnya ngga begitu menarik, tapi karena gue memang lagi mood nonton dan mendengarkan serta membaca apapun yang berkaitan dengan Indonesia, maka sekilas gue buka. Pas gue cek trailernya, i'm kind of surprised, ada Chris Nelwan, Bastian, Iqbal coboy jr yang walaupun kecil tp ganteng, dan Kiki, adik kelas gue di putih-biru (Ya dia sebenernya ngga kenal gue sih).
Film ini patut diberikan apresiasi, karena menayangkan buadaya yang tidak lagi menjadi favorit pelajar. Yaitu; Pramuka. Pramuka memang sudah cukup lama menipis dikalangan pelajar, termasuk di sekolah gue sendiri. Waktu gue SMP, gue masih mengenakan seragam naas itu, tapi di SMA gue alhamdulillah nggak ada (tuhkan, terbukti generasi yang meremehkan Pramuka). Tapi begitu gue mengenakan putih abu-abu, gue mendapat kabar dari seorang kawan bahwa SMP gue menghapus seragam Pramuka yang digantikan dengan batik-rok putih macem sekolah swasta. Ini lah salah satu fakta dibalik realita yang bikin miris. Bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi menanamkan semangat juang dalam dirinya. Bukan tidak sih, lebih tepatnya berkurang. Gue menyadari itu, karena gue sendiri ironisnya juga begitu.
Rudi Soedjarwo memasangkan cerita yang simpel namun makna dari film ini terealisasikan dengan baik. Mengingat generasi muda kita yang manja dan semaunya sendiri. Sementara disisi lain yang tidak tersorot kamera publik, masih ada seorang anak tangguh dengan masa lalu yang tidak begitu baik namun sangat bersemangat dalam menjalankan hidupnya. Film ini memberi gambaran lebih lanjut tentang segala hal ke-Pramukaan. Sekaligus memiliki pesan moral dan pelestarian Pramuka yang terancam punah. Recommended bgt untuk ditonton oleh anak-anak. Film ini didedikasikan untuk para Praja Muda Karana dari seluruh Indonesia serta sebagai simbolik memperingati Hari Pramuka Nasional yang jatuh pada tanggal 14 Agustus setiap tahunnya.