Showing posts with label travelling. Show all posts
Showing posts with label travelling. Show all posts

Saturday, April 19, 2014

JANCOK, Jalan-jalan Cok! (Curug Cibodas, 18 April 2014)

idola: Tasya anak gembala
hobi: menggiring kerbau dan mandi di sawah

ah, kebahagiaan ini tak lagi mampu tertampung.

satu hal yang gue buktikan dari hari terakhir UN adalah;
kebahagiaan itu memang seperti orang yang lagi jatuh cinta. yang katanya tahi kucing pun rasa Snickers. Frasa itupun jatuh kepada gue, yang melihat abang-abang tukang ojek di hari terakhir UN jadi 11:2juta sama adam levin. rasanya kayak ngebelah atmosfer berlapis-lapis, meluuuncuuur bareng paus akrobatik, menuju rasi bintang paling manis.

sesampainya gue menginjakkan kaki dirumah, seketika gue langsung ambil korek dan berfirman, "maka terbakarlah alam semesta tas dan seluruh isinya". kemudian kembali lagi melanjutkan kehidupan. bergegaslah gue masuk kamar. packing. senter, korek, webbing, victoryknob, headlamp, baju dan smua yang dibutuhkan udah ready. kali ini kita nggak naik sih, hanya ingin melepas penat dan membenamkan diri didalam sungai Curug Cibodas. memang kami jiwa-jiwa slayer merah ini tak rentan terhadap gejolak-gejolak yang menghalangi kebahagiaan kami. #tsah

karena deal yang sudah melalui sidang paripurna dan menjadi keputusan bersama, kandas lah kami pada janji esok hari pukul 7 pagi di basecmp. yang tidak lain tidak bukan adalah rumah gue sendiri. namun apa daya jam dinding kami terbuat dari karet. janji jam 7 = jam 9. hanya segelintir dari mereka yang menepati janji pukul tujuh pagi. Hana, Ayu, Genta datang lebih dahulu, disusul Dekong. terakhir bos besar kita muncul dengan helm nyentrik Vespa matic nya, dilumpuri 1001 alasan yang bikin malas dengarnya. buru-buru deh Arya sama Jape siap-siap.

usut punya usut sih kata Arya kita harus nyari Agra Mas di ruko Boulevard. gak lama tibalah bus pujaan kita, tapi ga dapet duduk. yawes rela tuh saya berdiri demi bisa menghirup kembali udara segar Gede-Pangrango. jadi posisinya kita berdiri di daerah depan. take off lah bis kita dan masuk tol. mas-masnya narikin duit akomodasi sekitar 7rb/orang. Arya Jape Genta santai banget di depan ngobrol sama supirnya. terus karna gue dan Hana berdiri kedua paling belakang, gue kumpulin tuh duit. sambil ngasih duitnya ke kenek nya gue basa-basi "mas ini ke kampung rambutan kan ya?"

"oh bukan dek salah bis.."
Hana nengok ke gue.
"kalo mau turun aja di Veteran, nyambung lagi"
Gue nengok ke Hana.
"....."
hening.

rombongan gue yang berdiri pun saling tengok. statis. dan seketika semua mata di bis memandang hina ke arah kita, pasang senyum caci penuh makna. yang gue yakin dalam hati pada zikir, "abg bego." "LOL." "mampus." "goblok".
gue cuma bisa nyinyir,
"ARYA!".

sepuluh menit kemudian kita udah kaya gembel dipinggir jalan. terik dan debu matahari saling bertautan. bukanya prihatin Jape malah asik foto-foto biar bisa check in Path. emang dasarnya semua punya naluri cabe-cabean, foto-foto lah kita dipinggir jalan dengan muka yang gabeda jauh sama sendal.

habis sambung Agra Mas baru ke arah Kp. Rambutan, perut ngambek minta dikasih asupan. tapi bis kerap sudah mau jalan, sempat tidak sempat kita langsung lompat. meskipun banyak yang nawarin solusi dari birahi kelaparan, kami smua lebih memilih untuk tidur. dan terbangun karna suara2 tukang koran. "koran-koran! MH370 ditemukan. koran-koran"

gue nengok.
"dek korannya dek? MH370 ditemukan dek. dimakan ikan paus. dua ribu rupiah saja"
gue melotot takjub. tapi langsung sadar itu nggak sopan
"nggak mas makasih"
setelah tukang koran nya pergi gue sama Ayu langsung shuffle sambil ngakak.

bis non-AC keluar kota selalu punya banyak sesuatu yang janggal. tapi gue percaya, itu adalah bentuk jerih susah-payah seorang tulang punggung keluarga demi mendapatkan nafkah. cuma nggak habis fikir aja, apapun dijual. mulai dari koyok, mainan kecil, sampai sepaket flashdisk dan nomor baru dengan pulsa 5rb, juga powerbank cuma 25 ribu rupiah saja. mereka ternyata sangat pekerja keras. penjual di bis non-Ac juga punya sistem marketing tersendiri. Ambil contoh seorang pedagang obat cina. sambil bawa mic dan speaker sendiri, dia berjalan di lorong bis sambil membagikan produknya dari belakang ke depan. lalu mereka ngoceh sendiri sambil memperagakan tutorial cara pemakaian. kalo udah selesai, kembalilah ia berjalan menelusuri lorong  bis, memastikan apakah ada yang ingin beli atau tidak. kalau tidak, maka harus dikembalikan. cerdas bukan? saya langsung tidak ragu lagi, dia pasti lulusan Markom yang membina Nusantara. World Class University.

masuk kawasan puncak, udara dingin mulai menampar kuduk. rasanya kelelahan setelah satu caturwulan berkutat dengan soal terbayar habis. mendekati pertigaan Cibodas, kita siap-siap untuk turun. Tuhan memang punya rencana buat umatnya. tepat saat kita turun, surga duniawi menghampar didepan mata. "Rumah Makan Padang". Abang Jape ini sepertinya tidak lagi mampu mentolerir birahi kelaparanya, melesatlah ia sambil mulai Udut.

depan Rumah Makan Padang pertigaan Cibodas

Setelah kenyang dan mengurangi kecerdasan otak, kami kembali melanjutkan perjalanan. untuk mencapai desa terakhir sebelum jalur pendakian, kita butuh sewa angkot, dengan kurun waktu kurang lebih 30 menit. mulai saat naik angkot ini lah kami diberi ilham untuk membuat sebuah video perjalanan, yang punya slogan dan judul hasil dari lontaran abang Jape yang mulutnya musti sekali-kali diayak kaya pasir bangunan.

"JANCOK, Jalan-jalan cok!"

buat yang mengerti bahasa Jawa saya minta maaf, buat yang ngga mengerti, Alhamdulillah. semua ini hanya untuk hiburan semata, maklum hasil overdosis nonton Jalan-Jalan Men. dan nggak terasa sampailah kita semua di TNGP, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. 



karna waktu sudah menunjukkan pukul setengah 1, kita bergegas menuju pos simaksi untuk ngurus administrasi. siang itu kami disambut Hujan kecil Cibodas yang makin lama makin deras. salah satu dari kami mutusin buat beli jas hujan gocengan karna nggak ada yang prepare Ponco (janga diikutin, gabener). Ya karna yg beliin jas hujan kita itu Arya, yang udah langganan sial terus, jadi yaudah beli jas hujan sama bocah-bocah sd aja kena tipu lagi. yang ada sekarang hanya sisa-sisa keikhlasan dari lubuk hati yang gak dalem-dalem amat.

this one should be the best picture in Oscar  
Ayu, Hana, Manda, Arya, Dekong, Jape

walaupun gue udah jadi ranger biru, gue masih tetap ingat Tuhan. solatlah kami berenam di Mushola yang lantainya kek empang, aer semua. bocornya ngalahin iklan sekolah gratis. pasti yang bikin nggak pake Aquapr*of atau No Dr*p. habis solat dan berganti sendal jepit, mulai lah kita tracking. untuk menghindari spt Arya dan Ayu, yang dihisap sodaranya lintah bernama Pacet, gue sama Hana nggak ganti sepatu. dan lagi, mana enak tracking pakai sendal, sakit, licin. jangan dicontoh dedek-dedek. ingat selalu untuk mengutamakan Safety setiap berkegiatan di alam bebas. SOP (Standart Operational Procedure) wajib dilengkapi, demi meminimalisir korban.




untuk menuju Pos Panyangcangan kita membutuhkan waktu nanjak kurang lebih 2-3 jam. parah banyak yang boyor efek ngga olahraga tau-tau naik. sebelum sampai di Pos Panyangcangan, kita ngelewatin Jembatan cantik yang panjaang banget itu. tapi kita mutusin buat nggak foto-foto dulu, biar cepet sampai di Curug.

"Selfie dulu biar ganteng, biar afdol"

AND TADAAAA. sampailah kami kurang lebih 15 menit setelah melewati Pos Panyangcangan. angin di Curug menebas-nebas rambut kami yang sudah basah. suara rintik yang mematuk air sungai bergemericik tak kunjung henti. hasrat pengen maen aerpun sudah membludak. mau gimana? bonek lah kita. bondo nekat. sayang kalau udah lewatin berpuluh-puluh kilometer dan kena banyak sial tapi nggak dapet apa-apa cuma karena hujan. Jape dengan saktinya ngeluarin payung. entah apa yang ada di kepalanya.




hari itu yang berkunjung ke Curug nggak banyak. matahari mulai turun, kabut berjalan menuju leher gunung, lalu perlahan turun ke kaki. kami harus cepat turun sebelum hutan kembai gelap. dengan tempat yang ala kadarnya dan menggunakan banyak trik, kami semua berganti baju. sore itu hanya tinggal kami dan mas-mas Ranger TNGP. mas-mas ini bukan ranger yang pakai jas hujan layaknya kita. mas-mas ini adalah salah satu sukarelawan yang tergabung dalam instansi TNGP. mereka biasanya mahasiswa anggota Pecinta Alam yang berkeinginan untuk berkontribusi lebih, dan memberikan loyalitasnya untuk menjaga ekosistem sekitar sini. oleh karena itulah dinamakan Ranger.

 Abang Zhaffran yang sedang jual Vila ini komuknya mau gaya apa

belakang kami itu Pangrango, cantik ya?

Foto paling lengkap kita
(Dekong, Genta, Jape, Arya, Manda, Hana)
(Ayu)



sekitar pukul setengah 7 malam kami sampai di bawah. Genta nyamperin pos bentar untuk laporan kalau kita semua selamat sehat wal afiat. di Cibodas ini, kami selalu punya tempat untuk singgah. adalah sebuah warung yang memang menyediakan ruang untuk istirahat para pendaki. namanya Mang Idi. sepiring nasi goreng dan semangkuk Indomie rebus pakai telur selalu menjadi extra joss kami. sehabis menghangatkan badan dan sedikit membenahkan diri, kami menyantap dopping sakti itu.

Cibodas malam hari selalu berhasil mengeriputkan kulit dan menegangkan kuduk. malam itu kita bingung mau terus pulang atau bermalam. masalahnya nggak ada satu dari kami yang bawa sleeping bag. kalau di Hotel nggak seru. mamanya Hana memang seorang ibu Peri, ternyata si tante mau jemput bocah-bocah bau kadal ini. perang lidah segera membuahkan hasil, kita memutuskan untuk ke puncak aja sambil nunggu di jemput. pukul setengah 9 malam, kita semua cabut dan pamit-pamitan sama Mang Idi.

seadanya lagi kita naik angkot dari desa terakhir, tujuan kita mau balik ke Puncak. mau kasih kado buat lambung sekalian cari spot Citylight. yang gue heran, ini langit udah gelap, masih bae ketimpa sial. gue rasa ada yang kakinya tadi pagi injak tahi kucing tapi nggak ngaku, karena seharian ini kita sial terus. s i a l t e r u s. ditengah jalan mendadak angkot yang kita tumpangin berhenti di-pinggir-agak-ke-tengah jalan. udah berasa kaya jalan nenek moyangnya aja. macam film actionnya Bruce Willis, supir angkotnya habis berenti langsung keluar dari angkot, lari, dan hilang di ujung tikungan. ini Horror. kondisi jalanan saat itu kayak hati gua, kosong dan gelap. (e e e a). beberapa penumpang lain mulai resah kayak lagunya titi kamal, termasuk kita. bukan karena ada demit atau om poci dan teman-temanya yang kita takutin, melainkan kalau ada truk besar lewat dan nggak lihat angkot kencit ini. atas dasar mau memperpajang umur, keluarlah kita semua keluar dari angkot. 

yang pernah ke Puncak pasti tau Rindu Alam, kalau engga yaudahsih gapapa juga. Rindu Alam adalah rumah makan yang panjang dan ada dipinggir jalan. Ayu sama Hana langsung mojok di dekat jendela supaya bisa liat city light. tapi gue nggak merasa srek. sementara beberapa ada yang ke Toilet gue bilang sama Arya,

"disinituh nggak enak. ngapain sih makan disini, city lightnya dikit. diluar aja cari jagung bakar atau skoteng."
tiba-tiba mas pelayan nya lewat. gua akting pura-pura gagu.

sepertinya otaknya Arya bergerak, karna dia suruh yang lain untuk keluar dari rumah makan itu. kita jalan melipir jembatan. semakin kita jalan spot citylight nya semakin bagus. gue berhenti setelah gue nemuin banyak pedagang kaki lima yang jual kacang rebus dan kupluk 10ribuan. 

disitu gue diam, seperti biasa yang gue lakukan kalau lagi menghadap bentangan karya Tuhan. di depan mata gue ada jalanan sepi yang banyak lampu. semakin turun nampak cahaya lampu kota. gue nggak tau itu kota apa, yang jelas cantik banget. warna-warni. merah ke emasan. dicampur kerlip putih yang kadang nyaru sama warna biru. di sebelah kanan pemandangan mata gue, ada bukit yang tinggi-tinggi. bukit itu gelap, tapi ditengah2nya, ada beberapa lampu yang bergerak turun.

"itu kayaknya bajay deh Nis, soalnya lampunya tiga." gue noleh.
"mana ada bajay bodong, itu pangkalan ojek"
"masa sih ah coba gua punya teleskop"
"mahal, 800 ribu yang paling murah"
and so on.

nggak lama Jape sama Hana dateng bawa jagung, terus kita masuk ke pondok kecil. semacam kayak warkop gitulah. kita pesan beberapa susu dan kopi hangat sama roti bakar. warkop itu juga punya spot seperti balkon dimana kita bisa lihat kebun dan bukit. disitu bibir kami melengkungkan senyum, rahang kami melebar dan bergetar karna tawa. memang cuma lelucon sederhana, namun balkon warkop malam itu membungkus kehangatan kami. 

pukul 1 dini hari, akomodasi dari Jakarta tiba, dan membawa kami kembali untuk mengenang lagi moment ini suatu hari nanti.

-Manda-

Jalan-Jalan Cok Episode 1 - Curug Cibodas

Tuesday, April 30, 2013

ada cerita di Merbabu buat kita :)

buang jauh-jauh daktarin dari kotak obat karena gue ngga jadi jamuran saat liburan. ive had an incredible few days, anyway.

let me just begin by saying that there are two sides to every story. and this is my side..
tujuh orang dalam satu tim yang rencananya barangkat. empat orang dari sekolah mau survey buat pengembaraan MOONPALA XIV, ditambah ruby, mei sama tegar. unlucky me, or us sebenernya, gue dan ruby ngga dapet izin nyokapnya mei, padahal semua alat buat dia udah ready. tapi yaudah, berhubung rap sheet gue udah panjang, gaada lagi niatan ngajarin anak orang ngibul. lagipula, gue gamau gambling dengan segala resiko yang ada. dan tiba-tiba h-sekian karena terjadi misscommunication yang rada fatal (ya sebenernya salah gue), garpet ngga jadi ikut. i'm not exactly sure how this is going to work out, tapi mau bagaimana lagi, berlima, we'll keep running.

i got the ticket for saturday 13th, malem,jam 22.00 wib. kita naik Progo ekonomi-ac dengan biaya Rp. 100.000. that saturday evening sekitar jam setengah limaan, pas banget setelah gue balik, arya dateng ke rumah lengkap sama semua logistik, disusul ica. they both langsung ngepack barang di teras rumah. tinggal pasang plang dari triplek, udah semacam BLT yang sembakonya berserakan. setengah jam kemudian, ruby genta dateng dan langsung packing. ba'da maghrib habis semuanya pada solat, meluncurlah kita ke stasiun Pasar Senen.

tiket menuju surga

as we arrived there, masih banyak waktu sebelum keretanya dateng, anak-anak pada makan dulu. sempet mampir ke indomart beli bekel, gue beli air and a few snacks. rubi beli permen tamarin. kind of impressed me, karna agak aneh buat ukuran anak-anak doyan permen macem gitu, dan arya kena tepau mbak-mbak indomart which denoted his first stupid things. sekotak dunkin donut nganggur minta dimakan, tapi ngga ada yang makan. malam semakin larut, stasiun tetap ramai.

disanalah kita berdiri, didepan stasiun pasar senen lengkap dgn carrier dipundak. semuanya bermula disana. habis pamitan sama bokap-nyokap, masuk lah kita semua ke peron untuk ngantri masuk ke dalam gerbong. and i was like, i can't believe its so crowd here maybe we should come back? sampai-sampai arya genta kejebak macet setengah jam waktu cari tempat duduk. setelah berusaha mempewe-pewekan tempat duduk, perlahan, jalanlah kereta menuju our first destination; Lempuyangan, Jogjakarta.

jalan malem gue kirain bakal nggak panas, ternyata tetep aja. maklum, ekonomi yg di  ac-ac in jadinya gini. dan bapak-bapak kampret yang seenak jidat di sebrang kanan gue sangat merugikan. berasa nih kereta segede lobang idung mbahnya. udah nyoba ngantuk2in diri tetep aja nih kelopak kaga mau diem pecicilan mulu. gimana bisa merem cuma tiga jam itu dinyatakan  tidur yang sah?

menjelang pagi, kursi mulai banyak yang kosong karena lumayan banyak yang turun di stasiun sebelum Lempuyangan. kayak di purwokerto, kroya, dll. matahari muncul, pemandangan dari jendela kereta ga cuma gelap lagi. pedesaan sama daerah hijau melayang di sebelah kiri efek laju cepat kereta. gue bersandar di jok bangku kereta, mojok geliatin keluar kaca. and i did some stuff yang emang gue udah pengen coba dari lama. it was quite funny, karena gue sendiri agak jijik sebenernya tp unyu men. this simply happiness, when i watched the sun rises in silence with budi's songs on my ear. 1 hari yang cerah bergulir di telinga gue. earphone gue ga lama berpindah ke telinga arya, dia setuju sama statement gue.

setelah hampir sembilan jam pantat ini bertautan dengan kursi ekonomi yang bikin rata kyk pantat monyet, sampailah tim di lempuyangan hurray!

 Progo ekonomi ac


sambil menunggu kontek-kontekan sm joddy yang ternyata dia belum bangun dan menunggu telot datang, kita makan dulu di kaki lima depan stasiun.


setelah naik transjogja dengan rempongnya, tim ke kostan joddy dan packing ulang disana. banyak pertimbangan yang perlu ditimbang, akhirnya, gue, gak jadi bawa daypack and hell i'm with you deh carriel. cuma ica yang bawa daypack. carriel paling gede itu carriel genta, terus carriel arya. i have no idea why mereka pada kuat banget bawanya. selesai packing sekitar jam satuan, kita berangkat dianter temen-temen kostan nya jodi buat nyetop bis. tim memulai perjalanan ke solo.



abis nyambung angkot kita sampai di boyolali, kita turun dan nyari mobil sambungan lagi menuju pasar Cepogo. tapi karena perut udah nge-bel, makan siang duludeh di deket perempatan. dan disinilah kita semua ketemu sm seorang yang baik hati, yang dimana peta dora udah gadibutuhkan lagi semenjak pertemuan ini. pertemuan pertama sekaligus terakhir. bener-bener terharu.

alkisah, hiduplah seorang pria dermawan yang hidup dulunya hidup di tangerang hampir 20 tahun. Maryoto namanya tapi kita semua panggil dia 'io' biar imut. entah emang dunia jahat sama dia atau emang dia pantes dijahatin atau gimana gue ga ngerti, dia kena phk (pemutusan hubungan kerja) tanpa alasan dan akhirnya dia pulang ke kampung halamanya di solo. dia jadi curhat sm gue dan rubi. dia selalu bolak-balik jakarta-solo naik motor, dan dia selalu kuat, ga kecapean, karna dia selalu minum extra joss atau kadang-kadang kalo lg abis diganti kubim. penambah stamina. plat motornya juga masih B alias jakarta, and so does his 'STNK'. dia bilang dia kalo di tilang jadi bingung dan ngurusnya juga ribet. gue tanggepin dengan nanya-nanya balik pertanyaan sederhana. but no, that was actually a rhetorical question. no, i dont want to know anything about you. kelamaan kami berbincang membuat kami semakin dekat satu sama lain, (lebih tepatnya dia yang berbincang karna gue dan rubi cuma iyaiya doang) dia mengeluarkan dompetnya. dipikir mau dibayarin makan, ternyata dia menguluarkan kartu nama. dia bilang kalo gaktau daerah solo atau butuh apa-apa bisa langsung telfon dia. sungguh mulia niat nya, begitu juga dengan hatinya yang dermawan serta bijaksana. dandanannya sih sederhana tp nomor telfon di kartu namanya ada tiga. tajir banget ya. gatau emg hp nya ada tiga atau pake mito cina yang kartunya bisa tiga. bodoamat kita melanjutkan perjalanan.

menuju pasar Cepogo. jalanan nya mulai naik dan udara mulai dingin. sesampainya di pasar gue arya dan ica bertugas belanja. genta rubi nyari mobil bak. ternyata ekspektasi kita berbeda dari kenyataan. ternyata pasar itu adalah pasar kiloan yang kalo beli harus perkarung. gue bertiga jadi bingung mau beli sayur akhirnya malah di gratisin. tp karna ngga enak si arya tetep bayar. done with the whole vegetables things, kita menuju basecamp naik mobil sayur! adem.


berhubung gue gak punya catwang pake dot juga jadi. desa terakhir sebelum gerbang pendakian itu namanya Desa Wisata Samiran, Selo-Boyolali. kita bermalam di rumah penduduk urutan kedua paling atas. rumah pak Narto. ica langsung tidur after we had our dinner, while kita berempat perang nyari sinyal di luar. anak-anak bilang ada citylight, bener, tapi cuman sedikit. ada satu hal yang sebelumnya gue gak sadar tentang genta, kalo arya ngga ngomong. ternyata celana genta itu ngga ada kantongnya. cuman ada penutup kantongnya doang. pertamanya ternyata jebol, biar matching, di robek semua sama genta. jadi sisanya cuman tutupnya yang ngepak-ngepak kayak sayap pesawat. ternyata kantong-kantong itu palsu. dusta. semua itu bohong! wooo wououoooo.

kind of strange. karna gue yang biasa dilindungin sekarang harus ngelindungin orang. gue kasih deh tuh sleeping bag gue full buat ica sementara kita berempat gelar sleeping bag dan bagi-bagi. walaupun bangun-bangun gue udah ngebetak tuh sleeping bag. gue sama ica yang bangun pertama karna suara alarm. pagi gue diawali dengan bunyi bunyi merdu. mau tau? tanya arya. 

another stupid moment was happened when the sun haven't even came out. pagi itu gue mau melakukan gencatan free-the-pee dan solat subuh, sementara arya mau memenuhi panggilan alam. jam setengah limaan disana masih gelap banget, kita berbondong bawa senter. karena gue udah super kebelet, gue minta duluan, dikasih lah gue duluan. dengan masih terkantuk-kantuk, gue memasuki ruangan itu dengan pelan. baru beberapa langkah, gue mundur lagi keluar pelan-pelan. gue samperin arya, dengan tenang gue cuman bilang, 
"Arya, itu, ada boker." 
sontak dia langsung panik. 
"ih! jijik! siram! siram nis siram! najis! jijik!"
"kok gue sih?! kan lo yang cowok! cowok apa sih lo! cowo bukan?! lo aja saana tolong apa ih!"
"gak! gak! ogah! gakmau! ih jijik! najis! nis siram nis! nis siram!!!!!" 

sekarang gue berada pada dilema terbesar dalam hidup gue. dipagi buta yang belum nampak pagi ini, gue merasa seperti mendekati kematian. tapi gimana, gue gakuat lagi, gue sendiri udah kebelet tothemax, gue balik lagi deh tuh ke wc laknat sambil tetep ngomel. gue guyur deh tuh terus-terusan sambil ngedumel maki-maki arya. siraman pertama gak masuk, kedua belom, sampe keempat juga kagak masuk. gue panik. gue siram terus-terusan, masuk kagak, ngeleber iya. bikin pengen muntah. tapi gue tau gaakan selesai kalo gue tetep panik. dan gue gak mau 'dia' makin keluar dari tempat dimana seharusnya 'dia' berada. gue berpikir jernih, bengong sebentar, dan menemukan jalan keluar. ternyata semua hal itu ada pola nya. dan gue menemukan sendiri bagaimana triknya. harus pelan-pelan dan lemah lembut. sampai akhirnya 'dia' pun menghilang ditelan kloset. gue sampe bisa menitikkan air mata..
selamat jalan, semoga tidak akan pernah berjumpa. gue pun nongolin kepala di depan pintu wc. "Ar, 'dia' sudah pergi." setelah gue jelasin triknya how to flush the poo in the right way, gue pun menunaikan ibadah dengan damai.

 basecamp tampak dalam with a little tricky


abis semuanya pada bangun dan sarapan, kita packing dan siap-siap buat tracking. pagi itu gaada yg berani mandi. jelas lah, gile aje, ajegile lo. setelah regis dan berdoa bersama, kita memulai pendakian pukul setengah delapan pagi. tasnya genta gede banget, kayak bawa anak. arya udah kayak mau mudik. rubi ga gede tapi beratnya kayak lpg 10 kg.

batas gerbang pendakian

mulai nanjak

i dont remember how long it took us to go to pos I, yang jelas, vegetasi nya masih hutan-hutan yang melipir ke jurang menyebalkan itu. pos I ini namanya pos Dok Malang.





pos II ini namanya pos Pandean. dari pos I ke pos II rasanya jauh banget, is it just me or emang gak nyampe-nyampe? dan gue mulai boyor. setelah pos II mulai keliatan bukit-bukitnya merbabu.


jalur menuju pos III

ini agak membingungkan tim karena ternyata kita gaktau pos IIInya dimana, karena katanya pos III itu batu tulis. tapi banyak sekali yg menyerupai batu tulis, jadi ngga jelas. memanfaatkan waktu, kita istirahat dulu di sabana yang telot bilang sabana bayangan. dan disini ada foto aib kecapekan yang diambil sm si fotografer sialan yaudah tapi gapapa masukin aja. kalo kata telot ini yang di sebut bukit tubby (teletubbies) but not that similar.




kita melanjutkan pendakian lagi lewat jalur yang keliatan di foto di atas tuh yang melipir ke kiri. iya, kita naik kesitu, ga manusiawi jalurnya.

nisan ditengah jalan. Gbu Alm. Hery Susanto

jam satu siang, begitu kita sampai di pos VI rada bingung karena tulisan posnya Sabana II ternyata banyak pendaki ngasal yang iseng yang nambahin angka I di plang. ngasal banget emang. akhirnya di korek dan di bersihin sama ruby. kita leha-leha dulu baru buka camp. gatau emang dasarnya norak atau gimana, kita sempet kebingungan cara masang tenda mahal nya joddy. baru setengah jam kemudian akhirnya nemu juga itu cara masangnya. emang dasar tangan kaki lima. karena laper belum makan, masaklah kita. sementara genta ica sibuk sama kompor, gue sama rubi mulai menata tenda. bongkar matras dan ngeluarin sb dari masing-masing carriel. dan gue baru sadar, ketika lo berada pada kondisi yang kritis, minum sekotak susu ultra itu God's gift banget. begitu juga di gunung. tingkat ke enakannya berubah jadi 1000%. apalagi cucu tobeli.



masak udah, tenda juga udah beres, anak-anak pada mager bikin parit. sambil menunggu malam, semuanya gabut. sementara ica sama rubi ngorok, gue genta arya jalan-jalan nyari sinyal yang ternyata masih dapet di ketinggian segitu walaupun ilang-ilangan. duduk-duduk santai di sabana sambil liat pemandangan. foto-foto dan curhat-curhatan. dari tempat gue duduk, puncak merapi nongol dibalik awan. gue sangat menikmatinya dengan duduk sambil cengo. but then i began to notice how wonderful the breeze smelled. gue bisa liat rumah penduduk jadi kecil-kecil. jutaan pohon yang gapernah bikin niatan gue untuk ngitungin satu-satu. the clouds, the blue skies, the birds and their sounds seemed so damn perfect. and i realise, sometimes i get so caught up in my own problem that i forget how amazing the world is. banyak hal indah yang Tuhan kasih buat kita, as simply as the landscape scenery of the earth surface.






 believe it or not ini puncak Merapi

ketemu mas-mas glodok, ahong banget gaksih?  


entah berapa jam gue menggabut ria memandang besarnya kuasa Tuhan, sorepun datang dan gluduk bergemuruh. gerimis!!! sibuk deh tuh yang cowo-cowo bikin parit di sekeliling tenda. they're all wet, dirty and messy. abis kelar melindungi segala perabot tenda, mereka masuk. matahari mulai turun langit jadi gelap dan di luar masih hujan. gabut. laper. masak. ngelawak. ketawa-ketawa. kegiatan kita super nggak jelas. namun tiba-tiba datang pendaki lain yang buka camp juga. selagi masak, si tenda sebelah itu ngelawak tolol yang bikin kita berlima ngakak. sekumpulan mojang bandung itu nyanyi-nyanyi dangdut logat sunda dan kita saut-saut an gakjelas sama tenda sebelah. mereka cuman berempat. cowok tiga, cewek satu. thank God there are a few normal people like me orrrr this place would be a total freak show.

another cool experience adalah, saking dinginnya nih gunung, sampe pas gue pegang panci yang lagi dibuat masak aja jadi gak panas, hebat, kuasa tuhan. 




around nine o'clock kita semua disuruh bobo samaa ruby. karena rencana mau summit attack, jadi harus bangun pagi-pagi buta supaya dapet sunrise dipuncak. while me and two others preparing our own sleeping bag, genta sama ruby bagian masak ager-ager buat besok summit. dingin nya menggelegar bor. udah pakai sleeping bag, kupluk, sarung tangan, i'm still freezing. ga ngerti bgt sama genta yang kuat pake celana pendek. 

kira-kira pukul satu dini hari, ada yang buka zippernya tenda sambil teriak-teriak "Assalamualaikum! Mandaaa!!!" djoddy ternyata. hebat banget lah si seceng, gua dkk naik lima jam dia cuma tiga jam. pake nos kayaknya. bangun deh si rubeh sm genta, yang lain juga bangun tapi kyknya gaada yg menyat dari sb. (menyat bahasa jawanya bangun). dengan segala kantuk dan energi mager yang ada gue cuma jawab "hmmmmhh" terus diketawain. "mau muncak jam berapa besok beh?" "pagi bang, sunrise." "yaudah jam 3 jalan." "bangunnya jam?" "bangun setengah 3 kalo gitu, yaudah bangunin gua aja ya, tenda mana tenda." entah apa yang mereka omongin setelah itu, gue sudah balik bermimpi.

emang kalo orang udah mager itu susah ya, hasilnya ngga ada yang bangun jam 3. thanks to arya yang bangunin kita semua jam setengah 4. begitu rubi tau waktunya udah lewat, dia malah balik tidur lagi. keputusan dibuat; muncaknya siang aja. ketok palu. gue kebangun tapi gabisa tidur lagi, mau gerak rasanya berat banget. si arya yang baru balik dari kencing, tiba-tiba ngambil kamera dan bilang. "nis, citylight nis keren sumpah." "banyak? mager ar nih ar." "yaudah deh gua foto dulu." beberapa detik kemudian gue kayak baru konek gitu. citylight....entah seberapa cintanya gue sama citylight dan semua orang tau bgt gue cinta citylight, guepun berdiri dan nyusul arya. hampir nabrak tenda orang dan salah jalan karna gueburu-buru gabawa senter.

dan omagahhhh. kalo lo pernah liat foto gambar mekkah di malam hari yang lampunya super banyak, itu mirip sama yang gue liat. ya walaupun gak terang-terang amat, cuman, jadi kayak liat peta suatu kota. lebih rame daripada rasi bintang. sayangnya, di Merbabu, gue ga dapetin apa yang gue liat di Surken, disana gaada lautan bintang karna mendung, tapi gantinya lautan citylight. bikin puasa ngomong saking gatau mau ngucap apa liat hartanya Tuhan. cuman nanya arya kenapa dipojokan gaada lampu, disana kota apa, dan sisanya basa basi. watching the citylight in silence way far from up there, always be my favorite. thanks to arya (lagi) yang bangunin gue jam setengah empat subuh. it was probably the best fifteen minutes i've spent on the whole trip merbabu-jogja.


sayangnya gue gabisa membagi keindahan yang gue liat sama arya ke lo semua karna kita cuman bawa camera digital, dan belum bisa nangkep dari jarak sejauh itu. jadi fotonya cuman ada kayak gini. itu kenapa lampunya cuma keliatan segitu karena ketutupan bukit yang lagi gue pijak saat itu.

besok paginya jam setengah tujuh baru deh orang-orang pada menyat.





the sun rises bro


setelah gece berpacking, kita muncak. tapi gak bawa barang. we left our stuffs di tendanya seceng. tim cuman bawa satu daypack yang isinya air obat webbing sama makanan untuk di puncak. diperjalanan ke puncak kita haru lewatin 2 bukit, 3 tanjakan yang panjang banget dan satu lembah beserta sabana nya.



babang genta whom leading us selalu jalan didepan pas mau naik. view nya wawlohi.




sabana II

agak sedikit geli sama foto ini, berasa buat poster film gimana gitu.



and we're all here. sampai di puncak Triangulasi Merbabu. Sebenernya puncak Merbabu itu ada 7 tapi yang tertinggi ada 3. puncak utama yaitu puncak Triangulasi (3142 mdpl), puncak Kenteng Songo (3132 mdpl) yang hanya berjarak 10 menit dari puncak Triangulasi, lalu puncak Syarief (3132 mdpl) namun karena beda jalur, akhirnya tim cuman ke puncak Kenteng Songo dan puncak Triangulasi.

view dari Triangulasi




view dari Kenteng Songo


 tim sekolah

 tim sekolah + ruby

walaupun burem tapi kita buat foto ini khusus buat Al Mar'a Meidiana yang gakbisa ikut 

 

salah satu keunikan dari Puncak Kenteng Songo ini, punya lubang-lubang penampung air hujan di puncaknya.

ruby-djoddy

setelah puas foto-foto, istirahat, makan ager-ager buah karya cipta citra rasa rubi dan genta yang rada fail tapi tetep enak itu, kita turun deh back to the camp. di jalan, yang cowok-cowok opsih dulu. this is the worst part from Merbabu; rubbish all the way long back to the camp. that was the reason why terkadang pecinta alam justru menjadi contoh paradoks. pecinta alam. otomatis maknanya mencintai alam dong dengan tidak membuang sampah sembarangan dan kembali membawa turun sampahnya dalam rangka pelestarian alam dan memang begitu seharusnya. but as human being or indonesian tepatnya, kadang-kadang suka seenaknya. there was almost no different between sampah di gunung sama di kota. kesana deh kalo ga percaya, pasti ngangguk-ngangguk. sampai di basecamp, hasilnya dua kantong penuh plastik sampah. jelek banget kan attitude orang indonesia yang ngakunya 'pecinta' alih-alih 'penikmat'. sepanjang jalan opsih genta ngomel, pendaki-pendaki yg lain cuma ngeliatin dan bilang permisi. ga ikut ngebantu. ckck. jangan dicontoh yaa

trek dari puncak ke camp (sabana I)

anyway, in a halfway turun, gue papasan dan kenalan sama salah satu mojang bandung tenda sebelah. my bad, gue lupa namanya siapa. cewe pokoknya, caca-caca gitu kalo nggak salah atau ayu ya, atau ningsih or whoever she is. pokoknya dia dari sma 11 Bandung. apa sma 5 apa sma 1 gitu. auamat-_- kita ngobrol cukup lama, sambil nungguin yang cowo-cowo karena gue harus bawa daypack dan jaket-jaket, so they let me climbed down the first through the hills.

 sabana II


mungutin sampah di sabana II

sampai di camp sekitar jam 12an. terus bablas turun ke basecamp deh. perjalanan turun makan waktu sekitar 3-3,5 jam. because of another bonus kaki yang kapalan dan dipaksa untuk turun itu perihnya seperti....cekit cekit, cekit cekit.



kita sampai lagi di basecamp pak narto itu kira-kira sekitar jam setengah 5an, gue yang ga betah langsung mandi dan keramas. i cant imagine how tormented i am that time, frozen pastinya. at least badan nggak gerah lagi. selesai mandi, badan sekejap jadi lemes macem garpu popmie. anyway gue ketemu lagi sm mojang bandung tenda sebelah pas lagi beli badge, caca-caca or ningsih something itu.


we went to Jogja naik mobil bak lagi, tapi trobos langsung ke rumah eyangnya genta dengan cost 300rb. gue sama ruby pun harus menahan keinginan makan bakso yang ga kesampean dari kemaren. tim sampai di rumah eyang genta jam 10an malam, jadi ga bisa kemana-mana lagi. terimakasih kepada eyangnya genta yang super gaul, i finally bed rest. ketemu kasur was like heaven on earth. setelah itu pada mandi dan beres-beres. and when i was on the phone with one of my friend, genta manggil dan kita kumpul berlima, ngomongin hal paling sensitive di muka bumi; duit. itung-itungan duit dua jam nggak kelar-kelar dan mereka lol semua gue ga kuat. ketawa mulu sampai muntah. last but not least gue tidur lelap hari itu, di kasur empuk.

paginya, the sun came out again. genta sama rubi pergi ke kost-an nya djoddy buat balikin barang. gue ica arya gabut, cuman ngobrol gajelas di kamar dan sarapan. worth enough, karna gue menemukan teman yang bisa diajak omong nyambung sm gue. we talked about history, illuminate, myth, sampai ke 911 wtc building. siangnya begitu rubigenta balik, we went to trainstation naik transjogja yang rencananya mau beli tiket. 

suasana ngebolang di jogja



 jalan kaki ke stasiun

truth had been told, emang dasarnya rubeh sm arya ngeselin, mereka nangisin ica. tapi kalo dilihat sikon nya emang ga memungkinkan untuk balik ke jakarta hari itu juga. akhirnya gue sm rubi yang ngantre. malangnya nasib, begitu gue sm rubi udah persis didepan loket, tinggal bayar, mesinnya ngadet dan harus nunggu lama. arya genta duduk bengong dan ica entah kemana. sempet panik karna ica gaada dimana-mana. gue sm rubi nyari dan gantian ar-gen yang ngantri. ternyata oh ternyata ica makan miayam didepan stasiun. karna si rubi emang laper, bodoamat gue sm rubi makan dulu dan ar-gen didalem ngantri, H0H0.

salahsatu bangunan di stasiun Lempuyangan



kelar sudah, ar-gen nanya kita dimana, dan langsung nyamperin. dan ikutan makan. abis makan kita rencana pengen ke alun-alun tapi bingung karna hujan dan udah hampir maghrib. kita mutusin untuk ke alun-alun naik becak sempit-sempitan karna harus duduk bertiga.

this was taken when gue dan arya sibuk adu mulut

begitu sampai di alun-alun (kalo ga barat berati timur) gue ctrl+c-ctrl-c sikit. disana krik banget macam ngeronda didepan kampung. habis ngopi kita jalan lagi ke alun-alun yang rame (kalo ga timur berati barat) tapi sempet ke perempatan dulu ketemu telot.

all of the photos below taken by Arya.




tepau. everyone seems ro be using that line these days. dan di alun-alun, for the second times, arya kena tepau lagi tapi kali ini sama mas-mas tukang eskrim. aneh juga sih sm mas-mas eskrim yang entah otaknya kecebur becekan atau gimana pokoknya cara promosinya super kreatif. kita duduk di lesehan, sementara yang lain sibuk sama hape dan genta lagi galau. gue sama rubi perang main sesuatu yang dari karet dan meluncur tinggi-tinggian itu. biasanya gue suka main itu kalo di kampung halaman. daripada ngikutin yang lain galau, gue beli balon sabun, yang ujung-ujungnya ga habis dan gue campur ke dalem sisa kopi anak-anak wakaka. bosen tiduran doang, kita ngecek odong-odong. karena di alun-alun emang sepanjang pinggiranya itu tukang sepedah odong-odong yang bentuknya semacam angry bird, gajah dll. gue naik yang gambarnya thomas and friends cihuy. kita muterin alun-alun tiga kali dan saking noraknya, begitu mijak tanah, genta sama arya muntah mabok odong-odong.


sayangnya cuman ini yang ke ambil di kamera karna batre kamera arya habis, sementara kamera genta ditinggal dirumah. good job. sisanya kita foto-foto di hape arya. it wasnt our latest photo untill disaster happened.

it was almost midnight so we decided to go home, dan waktu ontheway pulang, kita bingung karena udah jam set 12 dan ngga enak sm neneknya genta. dan genta semakin galau. akhirnya kita naik becak keperempatan, begitu kita sampai di perempatan untuk mencari taksi. ceroboh; frasa yang gapernah lepas dari arya. dan seperti biasa orang paling ceroboh sedunia trouble lagi. hpnya arya ketinggalan di becak. dikejarlah si becak yang baru aja pergi itu tapi dia sudah menghilang entah kemana. sampai rubi & arya nyari ke pangkalan nya, ke tempat istirahatnyapun ga ketemu. dan berakhir sudah malam terakhir di jogja itu dengan petaka.

begitu dapet taksi kita langsung pulang dengan muka galau capek semua. panik, guilty karna sampe rumah jam 12an lewat hampir setengah satu, iba, kesel, dsg mixed jadi satu. it might be okay to still be a kid everyonce in a while, not knowing what you should have done before, but not now. harus tanggung jawab. sempet dikunciin sama eyangnya genta, berasa jadi anak ngga tau diri. tapi akhirnya dibukain pintu juga. pelajaran banget buat tata cara beretika di rumah orang, nyesel karna harusnya jam sembilanan tadi kita udah balik ke rumah. malah kena musibah deh. tapi udah kejadian yaudah gue jelasin ke eyang kenapa kita pulang telat because our friend got his phone lost in somewhere abang-abang becak itu tinggal. and things were unfolding quite nicely.

besok paginya, rubi ke kostan djoddy biasa mau nemuin abang dulu. sambil nganterin rubi ke transjogja, gue sama arya disuruh eyang beli sarapan sesuatu yang namanya Lotek. konsepnya mostly kayak gado-gado tapi mentah. i swear to God it was mancay. done with the-breakfast-almost-lunch kita berangkat ke stasiun habis zuhur dan ketemuan sama ruby disana. God probably had another reason for us yang ternyata dipulangin baru bisa hari kamis, karna tebak, gue menemukan bakso! tercapailah cita-cita makan bakso saat itu juga. dreams come true banget.

pukul tiga lewat, kita masuk ke peron dan kereta sudah menunggu. kereta lepas landas pukul setengah empat. kali ini kita dapet tempat duduk yang persis depan-depanan berlima jadinya ngumpul deh.

Progo ekonomi-ac

because of saat itu bukan weekend kereta lebih sepi dari biasanya. bermula dari gue dan ruby yang sok filosofis tentang musik, hidup, cinta, sampai genta dan arya pun nyambung. kita ngobrol hampir ga berenti dari a ke b lalu ke c sampe ke z, kecuali ica cuman dengerin doang.

travel? i haven't written this much in forever. but travel is remarkable thing right? and this is another things that travel does to me. the sheer joy of laughing freely with a complete stranger. it doesnt mean that they're literally strangers to me, mungkin gue udah kenal genta dari lama, tp engga untuk ruby arya. dan gue rasa perbincangan empat orang saat itu membuka pandangan baru didalem otak gue. gue jadi tau tingkat kedewasaan dan kebijakan mereka masing-masing dari cara mereka berbicara. like how ruby makes his simple sentences jadi meaning. sederhana tapi ngena. his "semuanya itu gampang tapi jangan digampangin." or "pengalaman mengalahkan teori." and his "positive dan negative itu selalu barengan." genta yang gapernah lepas dari rumus buat ngegabungin semua teorinya pake hukum einstein,, or even arya yg ternyata ceroboh belangsak begitu historical sama general knowledge nya widely open banget. they kept me sureprised dengan kata-kata ataupun tindakan mereka yang kadang ga terprediksi. the sense of travelling in the new places with nobody but strangers. dan untuk ica, banyak hal baru yang bikin gue secara ga sadar diem-diem nangkep dari dia.

kita sampai di jakarta pukul 1 dini hari. 
jadi rate nya five stars lah buat perjalanan ini. walaupun, ini bukan kali pertama gue seminggu di luar kota sampai ke jawa tengah tanpa orang tua. thanks to joddy for the every help you've been done to us, we owe you BIG time. thanks to telot, for your caring. thanks to genta for the strength to leading us in these trip. thanks for ruby for taught me how to live freely and happily in the best way. thanks to ica udah menvisualisasikan apa yang seharusnya gue pelajari. and special thanks to our photographer which is the most important part on doing vacation; capturing the moment we've been through together. jadi yang mau tau, ini lah mahluk dibalik semua foto keren kita during the trip:


i'm looking out the clock, considering the time i've been sitting on this chair and staring in the front of my computer. jadi kepikiran, sebentar lagi kelas tiga, and i have to maitanance any of outdoor activities. my dad even forced me to stopped. but how about never? does never sounds good?
but we'll see if we can get back some of that time..

xoxo Manda.